Sistem pengapian merupakan sebuah rangkaian elektrikal mesin, yang memang diperuntukan untuk dapat memantik api pada busi agar pembakaran dapat terjadi di dalam mesin. Sistem ini menggunakan prinsip loncatan dari elektron yang terjadi diantara dua kutub yang telah didekatkan (kutub positif dan negatif).
Apabila tegangan yang ada pada kutub positif cukup besar (lebih dari 200 KV) maka akan ada loncatan dari elektron pada kutub positif ke masa (negatif) sehingga akan menghasilkan percikan api.
Salah satu jenis dan juga berbagai macam sistem pengapian, ialah pada sistem pengapian CDI. Kalian yang punya motor, akan sangat jelas dalam melihatnya karena sistem CDI ini telah banyak digunakan pada kendaraan sepeda motor saat ini.
Pengapian pada CDI, terbagi menjadi dua macam, Yaitu :
- CDI AC.
- Sistem pengapian CDI AC menggunakan arus yang bersifat langsung yang dihasilkan dari spul atau pembangkit listrik pada motor yang masih memiliki arus AC.
- CDI DC.
- Namun pada sistem CDI DC menggunakan arus yang sudah disearahkan oleh bantuan dari kiprok.
Walau berbeda, Pada dua sistem ini memiliki komponen dan juga memiliki rangkaian yang sama. Itu karena pada pengapian di CDI AC juga ada komponen dioda sebagai penyearah arus. Maka walaupun memiliki nama AC, tetap saja menggunakan arus dari DC.
Nama Komponen pada Sistem Pengapian CDI dan Fungsinya
1. Baterai
Baterai atau Aki, memiliki suatu fungsi yaitu sebagai penyimpan arus listrik. Memang pada baterai ini tidak terlalu diprioritaskan karena kebutuhan akan sumber listrik akan dipenuhi oleh spul. Akan tetapi, pada motor injeksi baterai merupakan sebuah komponen yang memang sangat penting karena juga akan mengaktifkan ECU.
2. Spul & Rotor magnet
Spul dan juga rotor magnet merupakan dua kesatuan dari komponen yang berbeda, akan tetapi keduanya memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk mengubah putaran dari poros engkol mesin menjadi sumber listrik AC. Listrik ini yang menjadi sumber tenaga dari sistem pengapian.
Spul merupakan sebuah komponen yang berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet, sementara rotor magnet ialah berupa magnet yang berbentuk tromol dan langsung terhubung ke poros engkol mesin. Rotor ini memiliki permanen magnet maka, sewaktu poros mesin hidup, spul akan langsung dapat meghasilkan arus.
3. Pulse igniter/pick up coil
Pick Up Coil atau Pulser, Yang mana memiliki fungsi sebagai penjemput sinyal. Sinyal yang dimaksud ialah berupa sinyal yang menunjukan timming pengapian mesin.
Cara kerja dari pulse igniter ini hampir sama dengan spul , akan tetapi dengan versi lebih sederhana. Dalam satu putaran dari engkol, itu hanya terjadi satu kali perpotongan. Sehingga bukan arus listrik yang memang dikirimkan, melainkan sebuah sinyal PWM yang menunjukan RPM mesin dan juga menunjukkan timming pengapian.
Sinyal ini kemudian akan dikirimkan ke SCR didalam CDI unit.
4. Voltage converter
Pengkonversi tegangan, memang akan diperlukan untuk dapat memaksimalkan arus discharge, perlu diketahui juga kalau pada prinsip kerja pengapian CDI itu berbeda dengan yang ada pada sistem pengapian mobil yang menggunakan platina. Pada mobil, induksi pada coil akan terjadi sewaktu platina memutuskan arus primer coil.
Kalau pada CDI motor, induksi akan terjadi justru sewaktu pada arus primer dialiri oleh arus discharger. Namun, agar induksi tersebut dapat berjalan dengan maksimal dan juga cepat, maka arus discharge yang telah mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.
Converter inilah yang akan memungkinkan arus discharge memiliki sebuah tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, pada tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.
5. CDI unit
Pada CDI unit dapat dikatakan menjadi modul utama dari pada sistem pengapian CDI. Fungsi utamanya ialah sebagai penyalur tegangan ke coil yang melalui prinsip discharge. Didalam CDI unit terdapat yang namanya suatu komponen capasitor, Kalian sudah mengenal mungkin yang namanya capasitor itu dapat mampu menyerap arus listrik, mampu juga dalam menyimpan arus listrik yang diserap dan mampu juga dalam melepaskannya secara spontan.
Proses pelepasan pada arus ini akan diarahkan ke kumparan primer pada coil untuk dapat melakukan induksi. Selain capasitor, ada pula yang namanya komponen thrysistor atau SCR yang digunakan sebagai gate untuk melakukan dishcarging.
6. Kunci kontak
Kunci kontak memiliki suatu fungsi sebagai saklar utama didalam sistem pengapian. Saat kunci kontak off, apa bisa kalian menghidupkan mesin ? tentu saja jawabannya 'tidak'. Meski spul menghasilkan arus listrik, Akan tetapi karena kunci kontak masih OFF maka CDI tidak akan memperloleh yang namanya arus listrik.
7. Sekering
Fuse merupakan sebuah komponen yang tidak boleh dilupakan pada setiap rangkaian dari kelistrikan. Karena fungsinya sebagai pengaman dari rangkaian kelistrikan dari yang namanya short to ground atau kosleting. Termasuk pada sistem pengapian, fuse ini akan dipakai untuk dapat melindungi CDI unit ketika terjadi hubungan singkat arus listrik.
Cara kerja dari fuse ialah dengan memutuskan kawat tipis didalam fuse secara otomatis ketika arus yang melewati melebihi batas dari kemampuan fuse. Contohnya apabila fuse 10 A, artinya kalau arus listrik yang mengalir melebihi 10 A maka pada sekering akan putus dan skema kelistrikan akan mati.
8. Ignition coil
Ignition coil ialah berupa komponen yang berfungsi untuk dapat menaikan tegangan kelistrikan motor, menjadi tegangan super tinggi yang mencapai 200 KV melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan yang namanya trafo step up.
Dimana jumlah pada lilitan kumparan sekunder lebih banyak dari pada yang ada pada kumparan primer. Maka ketika kumparan sekunder menangkap gaya kemagnetan dari kumparan primer bisa terjadi peningkatan berupa tegangan.
9. Kabel busi
Fungsi dari yang namanya kabel tembaga ialah sebagai penyalur listrik yang bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel yang ada pada umumnya, akan tetapi, pada kabel ini memiliki diameter lebih besar. Mungkin bisa sampai berkisar 5 mm. Biasanya kabel busi akan menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter yang cukup besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan).
Kawat ini akan digunakan untuk dapat mengalirkan tegangan dari coil dan serabut tembaga disekitar kawat utama dipakai untuk mencegah terjadinya penurunan pada tegangan.
10. Cop busi
Cop busi ialah berupa ujung dari kabel busi yang telah ditempelkan pada ujung busi. walaupun berfungsi hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan juga busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan. Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat langsung dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka pada tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
11. Busi
Busi yang memiliki peran sebagai ujung tombak dari sistem pengapian, fungsi dari pada busi ialah untuk dapat memercikan api didalam ruang bakar yang didapat dari skema induksi elektromagnet pada coil. Cara kerja busi ialah dengan cara mendekatkan elektroda yang bermuatan positif ke masa yang bermuatan negatif.
Karena sifat pada arus listrik selalu mencari masa, maka dengan adanya celah sekitar 0,8 mm akan timbul loncatan elektron. Kalau terjadi tegangan pada elektroda kecil, maka pada loncatan elektron tidak akan terlihat. Akan tetapi, dikarenakan pada tegangan pada elektroda itu mencapai 200 KV, maka loncatan pada elektron ini akan berbentuk seperti percikan api.
Rangkaian Pada Pengapian CDI Motor
1. Sewaktu OFF
2. Saat Posisi ON
No comments:
Post a Comment